Makam Troloyo, Situs Makam Islam di Trowulan Mojokerto


Situs komplek makam Troloyo merupakan suatu komplek pemakaman Islam di jaman kerajaan Majapahit, situs ini terletak di wilayah Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dimana terdapat banyak sekali perpaduan antara Islam dan Hindu-Buddha yang seperti gapura saat pertama kali masuk dan juga bangunan bangunan yang ada di komplek tersebut. Saat ini komplek makam tersebut, telah dibangun sedemikian rupa sehingga menghilangkan ciri khas aslinya sebagai suatu situs peninggalan purbakala dari jaman kerajaan Majapahit.

Sebenarnya, dengan adanya situs makam Troloyo ini ternyata suatu fakta bagaimana keanekaragaman budaya dan agama telah terpelihara secara baik di jaman Majapahit. Betapa tidak, situs makam Troloyo ini pada hakekatnya terletak di dalam wilayah lingkungan Kota Raja Majapahit, dan letaknya tidak jauh dari situs Candi Kedaton dan Situs Lantai segi enam.

Dahulu komplek makam Troloyo berupa sebuah hutan, seperti hutan Pakis yang terletak lebih kurang 2 Km di sebelah Selatannya. Peneliti pertama kali P.J. Veth, dan hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku Java II yang diterbitkan dalam tahun 1878. Kemudian L.C. Damais seorang sarjana berkebangsaan Perancis,hasil penelitiannya dibukukan dalam “Etudes Javanaises I. Les Tombes Musulmanes datees de Tralaya” yang dimuat dalam BEFEO (Bulletin de Ecole francaise D’extrement-Orient). Tome XLVII Fas. 2. 1957. Menurut L.C. Damais angka-angka tahun yang terdapat di komplek makam Troloyo yang tertua berasal dari abad XIV dan termuda berasal dari abad XVI.


Kepurbakalaan yang ada di Troloyo adalah berupa makam Islam kuna yang berasal dari masa Majapahit. Adanya makam kuna ini merupakan bukti adanya komunitas muslim di wilayah ibukota Majapahit. Adanya komunitas muslim ini disebutkan pula oleh Ma-Huan dalam bukunya Ying Yai - Sing Lan, yang ditulis pada tahun 1416 M. Dalam buku The Malay Annals of Semarang and Cherbon yang diterjemahkan oleh HJE. de Graaf disebutkan bahwa utusan-utusan Cina dari Dinasti Ming pada abad XV yang berada di Majapahit kebanyakan muslim. Sebelum sampai di Majapahit, muslim Cina yang bermahzab Hanafi membentuk masyarakat muslim di Kukang (Palembang), barulah kemudian mereka bermukim di tempat lain termasuk wilayah kerajaan Majapahit.

Pada masa pemerintahan Suhita (1429-1447 M), Haji Gen Eng Cu yang diberi gelar A Lu Ya (Arya) telah diangkat menjadi kepala pelabuhan di Tuban. Selain itu, duta besar Tiongkok bernama Haji Ma Jhong Fu ditempatkan di lingkungan kerajaan Majapahit. Dalam perkembangannya, terjadi perkawinan antara orang-orang Cina dengan orang-orang pribumi.


Adanya situs makam ini menarik perhatian para sarjana untuk meneliti, antara lain P.J. Veth, Verbeek, Knebel, Krom, dan L.C. Damais. Menurut L.C. Damais, Makam Troloyo meliputi kurun waktu antara 1368-1611 M. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hanya diketahui nama seseorang yang dimakamkan di kompleks Makam Troloyo, yaitu Zainudin. Namun nisan dengan nama tersebut saat ini tidak lagi diketahui tempatnya, sedangkan nama-nama tokoh yang disebutkan di komplek makam ini (sekarang) adalah berasal dari kepercayaan masyarakat.

Saat ini, obyek utama dari situs komplek Makam Troloyo ini adalah (yang dipercaya) sebagai makam Sayyid Muhammad Jumadil Qubro (biasa disebut Syech Jumadil Kibro), konon beliau adalah kakek dari Sunan Ampel. Syech Jumadil Kubro adalah ulama Persia yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, makamnya pertama kali diberi cungkup oleh seorang tokoh masyarakat setempat bernama KH. Nawawi pada tahun 1940 (sebelum Indonesia merdeka).

Komentar

أحدث أقدم